Terus terang selama ini penulis berasumsi bahwa motor injeksi pasti lebih irit. Namun setelah penulis membuat artikel tentang motor injeksi yang jadi sangat boros setelah beberapa tahun membuat penulis berpikir apakah benar motor injeksi lebih irit daripada motor karbu seandainya motor didesain dengan teknologi yang sama.
Kalau secara resmi, keunggulan sistem injeksi dikatakan sebagai berikut:
Menurut Sriyono, Technical Training Instruktur PT Astra Honda Motor (AHM) setidaknya ada dua alasan mengapa motor injeksi lebih irit. Ini disampaikan oleh Sriyono saat berlangsungnya gelaran One Day Workshop The Other Side of Modern Matic.
Pertama adalah karena campuran bahan bakar dan udara atau yang biasa disebut dengan air fuel ratio (AFR) yang masuk ke ruang bakar selalu sama. “Pada karburator harus diseting manual, tiap tangan mekanik pasti beda hasilnya. Padahal perbandingan campurannya salah sedikit saja pasti akan boros dan emisi gas buangnya buruk,” jelasnya.
Sedang pada teknlogi injeksi, campuran bahan bakar dan udara sudah diseting secara otomatis. Jadi jangan heran bila Honda menyebut teknologinya dengan istilah Programmed Fuel Injection atau PGM FI, bahan bakar yang di-inject ke ruang bakar secara terprogram.
Yang kedua adalah karena bahan bakar yang disemprotkan oleh injector partikelnya lebih kecil sehingga lebih mudah terbakar. Hal ini juga menjadikan bahan bakar lebih hemat dan ruang bakar relatif lebih bersih yang ujung-ujungnya umur komponen lebih panjang.
Sebagai contoh, penulis memilih Yamaha karena Yamaha punya teknologi yang dikatakan sangat irit, yaitu Blue Core. Sayangnya agak sulit mencari postingan angka mileage di website resmi sehingga terpaksa agak berubah spesifikasinya.
Walau contoh berikut cc nya beda, penulis anggap bahwa masyarakat tidak terlalu mementingkan ccnya. Kalau promosinya disebutkan sebagai motor irit ya yang dipentingkan iritnya. Entah di India kedua motor berikut ini dianggap sebagai motor irit atau tidak, yang jelas Yamaha Byson dan Yamaha Mio M3 dipromosikan sebagai motor irit. Silahkan dibandingkan beda iritnya motor karbu dan motor injeksi berikut ini.
Contoh pertama di motor kelas sport:
SALUTO – MILEAGE TUJHE SALAAM
The new 125cc Saluto is based on the concept of “Economical & Practical Indian Family Motorcycle”. The new model achieves the best fuel economy in the 125cc class and has been developed as a family-use motorcycle with practical performance at an affordable price. Based on the Blue Core Engine Development ideal, it is powered by a new engine with a more compact combustion chamber than previous 125cc models released by the company. Thanks to its thoroughly-lightweight design, the new model has the lightest weight in its class at 112kg, which in turn improves fuel economy by approximately 10% as compared to the company’s previous models in its class. The Saluto boasts of a mileage of 78 kmpl. Catering to the needs of the Indian market, where carrying a pillion passenger is frequent, the new Saluto’s suspension, footrests and seat are setup to enhance comfort. The new model has a resin tank cover, which adds to the motorcycle’s dynamic styling.
Jadi Yamaha Saluto bisa mencapai 78km/liter. Bila dibandingkan dengan Yamaha Byson, maka Byson FI cuma mampu mencapai 47km/liter.
Ditemui di kesempatan yang sama, Asisten GM Marketing PT YIMM, Mohammad Masykur mengatakan, konsumsi BBM Byson versi karburator berada di angka 40 km/liter. Artinya, konsumsi BBM All New Byson FI bisa menyentuh angka 47 km/liter.
“Sebelumnya (versi karburator) sekitar 40-an km/liter. Sekarang 46 smpai 47 km/liter,” ucapnya.
Contoh lain di motor matik:
The new stylish Fascino is powered by an air-cooled, 4-stroke 113cc “BLUE CORE” engine with a continuous variable transmission (CVT). It features a lightweight body with glamorous design and offers user-friendliness as well as great fuel efficiency at 66 kmpl.
Jadi Yamaha Fascino yang karbu bisa mencapai 66km/liter. Sebagai perbandingan, motor matik yang sama sama sudah Blue Core yaitu Yamaha Mio M3, diklaim cuma 54km/liter:
Artinya 1 liter Pertamax yang tmcblog kucurkan, Yamaha Mio M3 125 bisa di ajak jalan dengan variasi ecoride 40-60 km/jam sampai 60,3 km . . . atau boleh dibilang, dengan metoda ” How Far Can You Go with 1 Liter of Petrol ” Khas TMCBlog untuk Yamah Mio M3 125 tembus 60,3 km/liter . . . dan jelas pengukuran tmcblog ini lebih irit dari Klaim Yamaha Indonesia sendiri yang berada di angka 54 km/liter
Dari contoh tersebut terlihat jelas bahwa motor karbu pun iritnya bisa mengalahkan motor injeksi. Untuk konsumen yang membutuhkan irit, beda iritnya lumayan banget.
Rasanya ini pula yang membuat motor injeksi tidak populer di India. Motor karbu bisa irit, harga juga bersaing. Coba simak review berikut ini:
Fuel Injection: Myths
Myth 1: Fuel Injection gives a drastic increase in mileage (fuel efficiency)
Myth 2: Fuel Injection gives a bump in Power
Myth 3: Fuel Injection gives a much better throttle response than a carburetor
In theory a Fuel Injection system should improve the fuel efficiency, power delivery and throttle response. But after having ridden numerous motorcycles over the years both with carburetor and with Fuel Injection, also having owned a fuel injected motorcycle (Pulsar 220 DTS-Fi), I can tell with conviction that the above benefits of “Fi” are hardly tangible to the rider.
A well tuned carbureted motorcycle also returns equally good fuel efficiency, can deliver same power and once warmed up the engine can feel same in operation.
Price differential between a Carbureted and Fuel Injected variant of the same model currently in India is around Rs. 15,000-20,000 (Eg: Carb and Fuel Injected variants of the Hero Glamour, Honda CBF Stunner, TVS Apache RTR 160). As I mentioned earlier, the fuel injected variants hardly give an increment in either power or fuel efficiency despite the price premium.
Expecting customers delighted to pay Rs. 15,000 more for fuel injection when the cost of the vehicle is Rs. 60,000 just for hassle free early morning starting would be wishful thinking.
Poin yang penting adalah dikatakan bahwa motor yang pakai injeksi harganya 25% lebih mahal. Dengan kenaikan harga setinggi itu, manfaat yang didapatkan konsumen hampir tidak ada. Motor tidak lebih irit, tenaga juga hampir sama. Manfaat cuma lebih bebas polusi, tidak perlu menyetel campuran karena sudah lebih otomatis dan kalau mesin dingin nggak repot ngechoke. Kalau komsumen bisa menyetel motor karbu sesuai tempat dan pakai choke dianggap tidak merepotkan, maka keunggulan sistem injeksi cuma lebih bebas polusi. Lebih bebas seberapa banyak juga nggak jelas.
Seperti yang sudah disinggung di artikel sebelumnya, motor injeksi akan jadi boros setelah beberapa tahun. Kalau sudah begini irit yang dianggap sebagai keunggulan motor injesi jadi hilang juga. Keunggulan motor karbu dalam hal ini adalah irit atau borosnya stabil. Kalau dari awal setelannya sudah boros ya terusan boros, kalau dari awal setelannya irit ya tetap irit. Kalau motor karbu sudah terasa boros tinggal di servis terus bisa jadi irit lagi, nggak perlu harus mengganti sensor.
Kira kira 25% lebih mahal itu sudah pantas tidak untuk pabrik tidak lagi menawarkan tipe karbu?
Sepertinya pihak pabrikan tidak berani untuk memproduksi motor karbu karena masyarakat sudah kadung terlanjur percaya bahwa sistem dengan injeksi lebih irit. Blogger atau website otomotif juga rasanya jarang melakukan melakukan pengecekan klaim lebih irit dari motor injeksi. Masyarakat Indonesia juga sepertinya tidak masalah untuk membayar lebih mahal, beda dengan masyarakat India.
Edit: Penulis diingatkan sama bro ASD bahwa beda harga motor karbu dan motor injeksi di Indonesia cuma beberapa ratus ribu atau dibawah 5% harga motor. Jadi kelemahan motor injeksi bukan di harga tapi di perawatan dan borosnya bila sudah berumur.
Karena masyarakat Indonesia sangat percaya iklan, dan pabrik juga sepertinya lebih untung, maka sepertinya untuk kedepan pabrikan tetap akan menghilangkan versi karbu walau sebenarnya bisa produksi motor karbu dengan irit dan performa hampir sama dengan versi injeksi.
Entah itu merupakan hal yang baik atau buruk. Kalau pakai karbu bisa lebih murah dengan irit dan performa yang hampir sama, penulis lebih memilih motor karbu.
Tambahan:
Ternyata motor Suzuki Spin penulis yang karbu bisa seirit Honda Beat ESP setelah setelan karbu dibuat paling ngirit pol. Main jet dan pilot jet mentok rapet, lalu setelan jarum skep dibuat paling dalam. Tapi memang tenaga sekarang jadi mirip seperti Honda Beat. Di gas nariknya lebih lambat.
Comments
Post a Comment